BLANTERORIONv101

Perjalanan Beralih ke Ubuntu: Keputusan yang Mengubah Karier Saya

22 Juli 2024

Bismillah.

Di sini saya ingin berbagi kisah mengapa saya memilih menggunakan Ubuntu.

Kisah ini dimulai dari percakapan dengan seorang teman di Yogyakarta, yang kebetulan sedang bekerja sama dalam pembuatan sistem aplikasi untuk sebuah lembaga pemerintah. Dia berkata kepada saya:

"Kalau jadi web programmer lebih enak pakai Linux, soalnya untuk mengembangkan aplikasi web lebih mudah menggunakan Linux, toh nanti juga diunggah di server Linux."

Pernyataan tersebut memicu rasa penasaran saya, sehingga saya mencoba belajar menggunakan Linux. Awalnya, saya hanya menginstalnya di virtual box. Namun, karena ingin lebih mendalami, saya akhirnya menginstal Ubuntu secara langsung. Beberapa bulan kemudian, saya mulai merasakan keunikan dan daya tarik Ubuntu, terutama dalam hal instalasi aplikasi atau paket.

"Kalau di Linux saya nggak perlu simpan data master aplikasi, cukup sudo apt-get, sudah otomatis terinstal."

Ini adalah salah satu pernyataan dari teman saya. Seiring berjalannya waktu, saya mulai menguasai cara mengonfigurasi web server lokal dan membuat virtual host. Meskipun begitu, saya masih menggunakan Windows karena pekerjaan di instansi saya masih bergantung pada MS SQL Server, yang memerlukan aplikasi management studio resmi dari Microsoft.

Akhirnya, saya membalikkan keadaan. Ubuntu yang semula di virtual box, saya instal langsung di laptop, dan Windows saya jadikan OS di virtual box. Berbulan-bulan menggunakan Ubuntu, saya mulai merasakan manfaatnya. Saya juga menginstal Ubuntu di laptop Toshiba NB520 milik istri saya. Awalnya, dia bingung dengan cara penggunaannya. Namun, setelah beberapa hari saya ajarkan, dia mulai terbiasa. Saya menjelaskan beberapa manfaat menggunakan Ubuntu:

"Kalau pakai Ubuntu kita nggak perlu instal antivirus, jadi lebih aman dan ringan. Nggak perlu instal MS Office karena sudah ada penggantinya (LibreOffice), toh penggunaannya sama saja. Nggak perlu beli lisensi, karena ini OS open source (gratis), daripada beli yang mahal atau lebih parah, pakai yang bajakan."

Pernah saya coba menginstal kembali Windows di laptop istri, dia malah protes, "Kok diganti sih, aku malah bingung pakai Windows," karena sudah terbiasa dengan Ubuntu. Hal inilah yang semakin memotivasi saya untuk total berpindah ke Ubuntu.

Yang semakin menguatkan keputusan saya adalah ketika saya merenung dan berpikir:

"Hukum menggunakan software bajakan adalah haram. Sebagai muslim, kita tidak boleh mendzalimi orang lain sekalipun mereka non-muslim. Apakah baik mencari nafkah dengan menggunakan software bajakan? Sedangkan kita bekerja untuk menghidupi keluarga."

Hingga hari ini, saya menggunakan Linux sepenuhnya, baik untuk browsing, mengembangkan aplikasi web, manajemen database, maupun server.

Ada cerita menarik ketika kakak ipar saya ingin belajar Photoshop. Saya mengarahkannya untuk menggunakan alternatif open source yang setara, yaitu GIMP dan Inkscape.

Alt text

Alt text

Dia berencana membuat desain sablon kaos sendiri. Bayangkan jika menggunakan software ilegal yang haram, bisa-bisa pendapatan yang diperoleh pun haram. Semua yang haram tidak boleh masuk ke dalam tubuh kita. Sungguh mengerikan jika kita membayangkan dosa mengalir tanpa henti, Na’udzubillahimindzalik.

Oleh karena itu, mari kita mulai beralih menggunakan aplikasi yang legal dan halal. Saya tidak melarang menggunakan produk Microsoft dan sejenisnya, jika mampu, silakan beli lisensinya. Jika tidak, gunakanlah yang open source (gratis). Jika belum bisa, belajarlah dan biasakan untuk mencoba, karena orang bisa karena terbiasa (pengalaman dari istri saya).

Semoga sekelumit cerita saya ini bisa menginspirasi teman-teman untuk mulai menggunakan produk yang halal dan legal. Jika ada kata dan maksud yang kurang berkenan, saya mohon maaf.

Catatan: Cerita ini bersumber dari saudara kita Pudyasto Adi Wibowo seorang Senior Web Developer and Database Administrator dengan target sasaran sosialisasinya adalah Diri sendiri, keluarga, dan rekan kerja. Kisah ini dibagikan pada bulan Oktober 2014. Dengan penuh terima kasih, kami menyampaikan apresiasi kepada beliau yang telah menginspirasi kita semua. Kisah ini dihadirkan kembali oleh AI Projek sebagai bentuk penghargaan atas semangatnya.

Semoga cerita ini menjadi pendorong bagi kita semua, khususnya untuk meninggalkan penggunaan karya cipta secara ilegal. Mari bersama-sama mengadopsi teknologi bebas dan terbuka (FOSS) sebagai landasan utama, sehingga kita dapat menjunjung tinggi hak-hak kita sebagai pengguna, tanpa khawatir akan pelanggaran hak cipta. Jika Anda juga memiliki kisah inspiratif terkait migrasi ke FOSS, jangan ragu untuk menghubungi kami; bersama-sama kita bisa menginspirasi dan membentuk masa depan digital yang lebih cerah.

Terima kasih. Barakallahu fiikum.

Creative Commons License
Tulisan ini berada di bawah naungan lisensi (perjanjian pengguna) Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 International License.

Referensi:

AI Projek
Temukan Pengetahuan Baru, Pelajari, Berubah, dan Bagikan Kebaikannya!

Komentar